Cerpen Karangan: Hannisa Tsabitah Aura
“Anak anak. Hari ini kita kedatangan murid baru. Bapak harap kalian senang atas kedatangannya. Katty, mari masuk!” Seru Pak Burhan, wali kelas kami.Kulihat seorang anak perempuan berambut pirang masuk ke kelas dengan bertolak pinggang. Wajahnya sangat cantik, gumamku.
“Katty, silahkan memperkenalkan diri,” kata Pak Burhan.
“Ehm.. Hello! Namaku Katty. Aku berasal dari negeri kanguru, tepatnya Australia. Aku lahir di Perth. Dan kuharap, kalian senang atas kedatanganku.” Kata Katty memperkenalkan dirinya. Aku tercengang. Dari Australia?
“Baiklah, Katty, silahkan duduk di samping…” Pak Burhan berfikir lama.
“Ah, itu. Di samping Amanda. Tepatnya di belakang Amy. Anak berambut coklat itu!” Seru Pak Burhan. Ya, anak berambut coklat adalah aku.
“Ooh… Yang itu…” Ia memasang wajah sinis padaku. Ia berjalan bagai model, dan duduk tepat di belakangku.
Aku menyapanya,
“Hai! Namaku Amy. Senang bisa mengenalmu…” Sapaku ramah dengan senyuman seraya mengulurkan tanganku.
“Iih… Jijik! Udah, sana sana!” Ucapnya kasar. Aku hanya bisa diam. Walaupun ada sedikit kekecewaan di dalam hati. Hmm… Biasanya anak baru memang begitu, gumamku seraya mengalihkan pandangan ke papan tulis. Mungkin lain kali ia bisa menerimaku, gumamku lagi.
Teng! Teng! Teenggg!!!
Bel tanda pulang sekolah berbunyi.
“Baiklah anak anak. Silahkan berkemas kemas. Waktunya pulang.” Kata Pak Burhan. Aku pun pergi ke luar kelas.
“Amy, tunggu!” Teriak seseorang memanggil namaku. Aku menoleh ke belakang, mencari cari asal suara.
“Eh, Tara. Ada apa?” Tanyaku.
“Bagaimana rasanya duduk dekat dengan anak baru? Pasti enak dong! Apalagi dari Australia.” Tanya Tara, teman akrabku. “Tidak juga, Ra… Ia terlihat sangat sombong. Benar benar sombong. Tapi aku yakin, suatu saat ia akan menerimaku…” Jawabku, dengan nada rendah.
Tiba tiba…
“Awas, minggir! Aku mau lewat! Beri jalan!”
BRUKK!
“Aww, sakit…” Rintihku karena terjatuh. Aku terjatuh karena didorong oleh Katty, anak baru itu.
“Eh anak baru! Pakai mata dong kalau mau lewat!” Teriak Tara.
“Udahlah, Tar. Gak apa apa, kok. Namanya juga anak baru…” Kataku membela Katty.
“Kenapa kamu bela belain dia? Dia kan jahat sama kamu… Dia itu menganggapmu musuh. Bukan teman.” Perkataan Tara membuatku terdiam. Apa benar yang dikatakan Tara?
“Kau benar, Tar…” Kataku seraya menganggukkan kepala. Aku terhasut omongan Tara…
Hari ini, aku akan benar benar mengubah sikapku pada anak itu. Ia menganggapku musuh, aku pun harus begitu. Aku takkan kalah darinya!
Saat di sekolah, aku berlari terburu buru masuk ke kelas. Meletakkan tas dan duduk di kursi. Seperti biasa, Tara menyapaku,
“Pagi. Sepertinya semangat nih, hari ini…” Sapanya.
“Haha… Aku mengenal sapaan itu sejak kelas 1 sd…”
“Hmm… Ya…”
Cukup lama kami berbincang bincang. Tiba tiba saja anak berambut pirang datang memasuki kelas. Aku kenal rambut pirang itu. Katty!
“Morning!” Sapa Katty dengan sombongnya.
“Huh…” Aku mendengus kesal. “Amy, kita ke taman saja.” Ajak Tara.
“Iya, aku juga malas melihat wajah anak baru itu!” Seruku mengiyakan.
Sesampainya di taman…
“Aduh, Ra… Aku tinggal dulu ya… Gak tahan nih…” Kataku.
“Iya. Udah cepat sana…” Kata Tara.
Aku pergi ke toilet untuk buang air kecil.
Sesampainya di toilet, aku menutup pintu dan buang air kecil. Saat ingin keluar…
“Wah, gawat! Pintunya terkunci! Tolooongg! Tolooongg! Toloongg akuuu!” Teriakku meminta bantuan seraya mengetuk ngetuk pintu toilet
Sudah hampir 1 jam aku disini…
Aku tak tahan lagi…
Seketika semuanya gelap…
—
Aku membuka mata perlahan. Pandanganku masih buram. Terlihat seorang anak perempuan di hadapanku. Siapa dia?
Semakin lama penglihatanku semakin jelas. Dan ternyata anak yang kukira Tara ternyata bukan! Melainkan Katty, Anak Australia itu.
Aku memperhatikan sekelilingku. Ini ruang UKS!
“Ugh… Katty?! Kau pasti yang telah mengunci pintu toiletnya kan?! Tolooong! Di sini pelakunyaa!!” Teriakku.
“Shht…” Katty menutup mulutku.
“Amy, Katty bukan pelakunya. Justru Kattylah yang telah menyelamatkanmu. Pintu toiletnya tidak ada yang mengunci. Melainkan terkunci sendiri. Maklum, pintu toilet itu tidak pernah diperbarui…” Jelas Pak Burhan yang ternyata mendengar teriakanku. Tunggu, Katty menolongku?
“Katty?” Kataku tak percaya.
Pak Burhan mengangguk. Tak terasa, air mata jatuh dengan deras dari mataku.
Katty memelukku. Sangat hangat…
“Terima kasih Katty. Maaf, aku telah menuduhmu…” Aku mempererat pelukan.
“Aku juga minta maaf karena bersikap sombong padamu. Aku tahu itu salah…” Air mata Katty berjatuhan. Ia melepaskan pelukan dan mengacungkan jari kelingkingnya dan mengatakan,
“Sahabat?” Tanyanya seraya menghapus air mata di wajahnya.
Aku mengangguk dan berkata, “Ya, sahabat,” seraya mengacungkan jari kelingkingku.
Kami kembali berpelukan. Pak Burhan yang menyaksikan persahabatan kami, hanya bisa tersenyum melihatnya.
Labels:
Cerpen Persahabatan
Thanks for reading Dari Musuh Jadi Sahabat. Please share...!